dua belas

Kamu tau saat yang paling kutunggu itu adalah hadirmu, bukan? 
Hadirmu yang melerai seluruh pertandingan yang tak kunjung usai bagiku: berdarah, jatuh dan terjerembap dalam pertandingan dengan rasa yang kumiliki sendiri.
Rindu kamu. 
Datanglah. 
Hanya itu satu-satunya cara agar aku berhenti dari tengkarku dengan entah.

Dibalik setiap gembira yang ada, selalu terselip sebuah tanya: akan bahagiakah itu bagimu untuk membahagiakan aku? Jika begitu, aku juga ingin sepertimu, dapat menjadi alasan bagi sebagian besar kebahagiaanku.
Karena menyakitkan, bila kita bersama tapi ceriamu itu tidak jujur.




Di waktu yang lain, sering rasanya ingin aku marah. Marah sejadi-jadinya hanya karena kau tidak paksa diri bangun dari mimpi dan wujudkan aku dalam nyatamu. Adakah keinginan bersama itu hanya menyerang aku? Atau memang setidakberharga itu bersamaku bagimu? Jika iya, aku ingin kibarkan saja bendera putih, lalu berdamai dengan diri. 

Aku ‘kan tanyamu serius untuk aku. Jika kau tanya mengapa, itu karena sewaktu-waktu aku merasa sia-sia. Dan pada akhirnya, kamulah jawaban yang kuinginkan.

Aku percaya cinta itu ada, perkara milikmu dijatuhkan Tuhan padaku atau bukan itu lain lagi. Bila berkenan, jangan palsukan jawaban, boleh?

Hingga, hanya akan ada satu hari yang paling menentukan jawaban dari segala tanyaku. Sekelumit pertandinganku. Dan semua semesta bagiku. Jika belum cukup pintaku dalam sujud pada Tuhan untuk hadiahi kamu bagiku, bolehkah beri aku waktu lebih?
Aku ingin maksimalkan upayaku.
x

Comments

Popular Posts